Pacaran merupakan istilah yang tak asing bagi kita, sebagaimana hal ini marak dilakukan di tengah masyarakat kita, terutama oleh para pemuda dan pemudi. Padahal di dalam pacaran terdapat berbagai macam kerusakan yang begitu banyak, namun betapa banyak orang yang memandangnya sebagai sebuah keindahan, karena memang telah dihias-hiasi oleh setan untuk merusak manusia. Mari kita simak bagaimana islam memandang pacaran
Kata “pacaran” merupakan bentuk kata kerja dari kata “pacar”. Kata “pacar” sendiri disebutkan dalam kamus bahasa Indonesia bahwa ia adalah teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih. (Kamus Umum Bahasa Indonesia karya W.J.S. Poerwadarminta hal. 816)
Mengingat bahwa pacar itu adalah teman, maka dari sini kita bisa menyimpulkan bahwa makna pacaran adalah hubungan yang terjalin antara lawan jenis berdasarkan cinta, yang dilakukan di luar nikah atau sebelum menikah. Meskipun pada realitanya orang yang pacaran tidak selalu merasa cinta, karena banyak juga yang hanya didasarkan pada faktor nafsu saja tanpa ada rasa cinta pada pasangannya. Inilah realita yang kita lihat di masyarakat kita. Jika demikian, maka tentunya hal ini (pacaran) merupakan pelanggaran di dalam Syari’at Islam yang diharamkan, karena hubungan tersebut dilakukan di luar nikah, juga karena banyaknya dosa dan maksiat yang terdapat di dalamnya.
Dosa & Maksiat di Dalam Pacaran
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَا تَرَكْتُ بَعْدِيْ فِتْنَةً هِيَ أَضَرُّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ
“Tidaklah aku meninggalkan setelahku nanti, sebuah bencana yang lebih berbahaya bagi laki-laki melebihi godaan wanita.”
(HR. Bukhari 5096 dan Muslim 2740)
Pacaran adalah termasuk bencana godaan wanita yang begitu banyak menimpa laki-laki dan juga wanita di zaman ini. Di dalamnya terdapat begitu banyak dosa dan kemaksiatan yang mempunyai akibat buruk bagi seorang hamba, berikut ini adalah di antaranya:
1. Pacaran Membuat Lalai Dari Mengingat Allah
Orang yang sedang jatuh cinta, pasti akan selalu sibuk memikirkan orang yang dicintainya itu. Terlebih lagi dalam pacaran, ia akan selalu memikirkan orang yang bukan mahram dan tidak halal baginya. Tak jarang orang yang pacaran lebih banyak memikirkan pacarnya daripada mengingat Allah subhanahu wa ta’ala yang selalu memberinya kenikmatan setiap saat. Bahkan betapa banyak orang yang berpacaran menerjang larangan-larangan Allah demi untuk menuruti hawa nafsunya. Maka ketika seorang laki-laki atau wanita banyak memikirkan/merindukan orang yang tidak halal baginya, tentunya hal ini akan mengantarkannya kepada berbagai keburukan yang lebih besar.
2. Memandang yang Tidak Halal
Allah ‘azza wa jalla memerintahkan kita untuk menundukkan pandangan melalui Firman-Nya:
قُلْ لِلْمُؤْمِنِينَ يَغُضُّوا مِنْ أَبْصَارِهِمْ وَيَحْفَظُوا فُرُوجَهُمْ ذَلِكَ أَزْكَى لَهُمْ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا يَصْنَعُونَ. وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ
“Katakanlah kepada laki-laki yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Dan katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya dan kemaluannya.”
(QS. an-Nur [24]: 30-31)
Ayat di atas sekaligus merupakan ayat yang menunjukkan tidak diperbolehkannya seorang laki-laki memandang wanita yang bukan mahram baginya karena akan menimbulkan godaan. Tentunya orang yang berpacaran akan bernikmat-nikmat dengan pandangannya terhadap pacarnya, sehingga hal ini merupakan salah satu kemaksiatan yang terdapat dalam pacaran.
3. Berdua-duaan Dengan yang Bukan Mahram
Berikutnya, kemaksiatan yang terjadi dalam pacaran adalah berdua-duaan saja antara laki-laki dan wanita tanpa disertai mahram. Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang hal ini melalui sabdanya:
لَا يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلَّا وَمَعَهَا ذُوْ مَحْرَمٍ وَلَا تُسَافِرِ الْمَرْأَةُ إِلَّا مَعَ ذِيْ مَحْرَمٍ
“Janganlah sekali-kali seorang laki-laki berduaan dengan perempuan kecuali bersama mahramnya, dan janganlah perempuan bepergian jauh kecuali dengan mahramnya.”
(HR. Muslim 1341)
لَا يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلَّا كَانَ ثَالِثَهُمَا الشَّيْطَانُ
“Tidaklah seorang laki-laki berduaan bersama perempuan, kecuali yang ketiganya adalah setan.”
(HR. Tirmidzi 1171 dan dinilai shahih oleh Syaikh al-Albani dalam Shahihut Targhib wat Tarhib 1108)
4. Menyentuh yang Tidak Halal
Di antara dosa yang seringkali terjadi di dalam pacaran adalah persentuhan antara laki-laki dan wanita yang bukan mahramnya, setidaknya berjabat tangan dan bahkan seringkali lebih dari itu. Padahal dengan tegas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:
لَأَنْ يُطْعَنَ فِي رَأْسِ أَحَدِكُمْ بِمِخْيَطٍ مِنْ حَدِيْدٍ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَنْ يَمَسَّ امْرَأَةً لَا تَحِلُّ لَهُ
“Sungguh ditusuknya kepala salah seorang di antara kalian menggunakan jarum dari besi adalah lebih baik baginya, daripada ia menyentuh seorang perempuan yang tidak halal baginya.”
(HR. Thabrani dalam al-Mu’jamul Kabir 16880 dan Syaikh al-Albani menghukuminya hasan shahih dalam Shahihut Targhib wat Tarhib 1910)
Ini baru persentuhan, bagaimana lagi jika sampai berciuman, atau bahkan sampai berzina?! Tentunya larangannya semakin tegas. Semoga Allah menjauhkan kita dari hal itu.
5. Pacaran Adalah Perantara Menuju Zina
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.”
(QS. al-Isra’ [17]: 32)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ عَلَى ابْنِ آدَمَ حَظَّهُ مِنَ الزِّنَا أَدْرَكَ ذَلِكَ لَا مَحَالَةَ فَزِنَا الْعَيْنِ النَّظَرُ وَزِنَا اللِّسَانِ الْمَنْطِقُ وَالنَّفْسُ تَمَنَّى وَتَشْتَهِي وَالْفَرْجُ يُصَدِّقُ ذَلِكَ كُلَّهُ وَيُكَذِّبُهُ
“Sesungguhnya Allah telah menetapkan atas anak Adam bagiannya dari zina, ia pasti mendapatkannya tidak bisa tidak. Maka zina mata adalah dengan pandangan, zina lisan adalah dengan ucapan, sedangkan jiwa menginginkannya dan berangan-angan, dan kemaluanlah yang membenarkan hal itu atau mendustakannya.”
(HR. Bukhari 6243 dan Muslim 2657)
Pacaran merupakan sarana yang paling banyak mengantarkan pelakunya menuju zina, bukankah telah banyak terdengar cerita seorang perempuan yang hamil di luar nikah, disebabkan karena pacaran yang berujung pada zina?! Padahal zina termasuk salah satu dosa besar yang membinasakan, yang hukumannya telah ditetapkan di dunia dan akhirat. Bahkan ada pula seorang wanita yang hamil di luar nikah kemudian menggugurkan kandungannya atau membunuh bayinya sendiri, dan bahkan sampai ada yang membuangnya di sembarang tempat. Semoga Allah subhanahu wa ta’ala melindungi kaum muslimah dari tertimpa hal tersebut.
Sampai di sini jelaslah bahwa pacaran mengandung begitu banyak dosa dan kemaksiatan. Oleh karenanya hendaknya kita mewaspadai perbuatan ini. Terutama para orang tua, karena anak adalah amanah yang harus dijaga. Betapa banyak kita lihat para orang tua yang membiarkan anak-anak mereka dengan bebasnya bepergian dan berpacaran. Dimanakah kecemburuan mereka sebagai seorang ayah dan kepala rumah tangga?! Di antara sebab terbesar rusaknya akhlak para pemuda di zaman ini, adalah karena pembiaran orang tua terhadap anaknya yang tidak atau kurang mendidik mereka dengan pendidikan Islam yang benar. Sungguh para orang tua akan ditanya oleh Allah di hari Kiamat kelak tentang anak-anak mereka.
Kiat Meninggalkan Pacaran
Berikut ini adalah beberapa solusi dan kiat islam yang dapat dijadikan untuk membentengi diri, agar tidak terjerumus ke dalam pacaran yang mengandung banyak dosa dan kemaksiatan.
1. Menyibukkan Diri Dengan Hal-hal yang Bermanfaat
Seseorang yang tidak menyibukkan dirinya dengan hal-hal yang bermanfaat niscaya ia akan sibuk dengan hal-hal yang sia-sia atau bahkan perbuatan maksiat. Sebaliknya, seorang yang menyibukkan dirinya dengan hal-hal yang bermanfaat seperti menuntut ilmu agama islam dengan membaca buku, menghadiri majelis ilmu, menghafal al-Qur’an dan hadits-hadits Nabi, niscaya akan dengan mudah dapat meninggalkan dan menjauhi pacaran.
2. Selalu Merasa Diawasi Oleh Allah
Orang yang selalu merasa diawasi oleh Allah akan selalu berfikir matang-matang sebelum bertindak. Ia tahu dan yakin bahwa kelak ia pasti akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang ia perbuat. Ia pun sadar bahwa tak ada sesuatupun yang tersembunyi bagi Allah ta’ala, sedangkan Allah telah menyiapkan neraka bagi orang-orang yang durhaka terhadap-Nya. Perasaan seperti ini adalah merupakan buah dari keimanan seorang hamba kepada Allah dan hari Akhir.
3. Mengingat Kenikmatan Surga dan Pedihnya Siksa Neraka
Dengan seseorang mengingat kenikmatan surga, maka ia akan memandang rendah segala kenikmatan yang ada di dunia ini. Karena kenikmatan surga adalah kenikmatan yang kekal abadi, sedangkan kenikmatan dunia hanyalah kenikmatan yang fana dan akan segera berhenti. Dengan mengingat surga, niscaya seseorang akan lebih bisa bersabar dan menahan diri untuk tidak berbuat maksiat kepada Allah Yang Maha Pemberi nikmat.
Dalam sebuah hadits qudsi, Allah subhanahu wa ta’ala berfirman mengabarkan tentang balasan bagi orang-orang yang shalih yang selalu bertakwa kepada-Nya:
أَعْدَدْتُ لِعِبَادِي الصَّالِحِينَ مَا لَا عَيْنٌ رَأَتْ، وَلَا أُذُنٌ سَمِعَتْ، وَلَا خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ
“Aku telah menyiapkan bagi hamba-hambaKu yang shalih apa-apa yang tidak pernah terlihat oleh mata, tak pernah terdengar oleh telinga, dan tak pernah terbayang dalam pikiran manusia.”
(HR. Bukhari 4779 dan Muslim 2824)
Demikian pula dengan mengingat neraka beserta segala macam keganasan siksaan di dalamnya yang disiapkan bagi orang-orang yang mendurhakai Allah ta’ala, niscaya seorang muslim akan takut melakukan perbuatan dosa. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ أَهْوَنَ أَهْلِ النَّارِ عَذَابًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ لَرَجُلٌ تُوضَعُ فِيْ أَخْمَصِ قَدَمَيْهِ جَمْرَتَانِ يَغْلِيْ مِنْهُمَا دِمَاغُهُ
“Sesungguhnya siksaan penduduk neraka yang paling ringan di hari kiamat nanti adalah, seorang lelaki yang diletakkan di kedua telapak kakinya bara api sehingga otaknya mendidih.”
(HR. Bukhari 6561 dan Muslim 213)
Baca: Apakah Benar Tembakau Berasal Dari Air Kencing Iblis?
4. Berteman dengan Orang Shalih
Tak diragukan bahwa berteman dengan orang-orang shalih akan membuahkan kebaikan pada diri seseorang. Karena akan selalu ada kebaikan dalam pertemuan dengan mereka; berupa nasihat dan motivasi, keteladanan yang baik, ucapan salam, juga doa kebaikan. Berbeda halnya dengan teman-teman yang jelek agama dan akhlaknya, sedikit banyak pasti akan mendapatkan kejelekannya jika berkumpul bersamanya; entah itu dengan ucapannya ataupun perlakuannya yang buruk. Bahkan kejelekannya pun bisa menular. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَثَلُ الْجَلِيسِ الصَّالِحِ وَالسَّوْءِ كَحَامِلِ الْمِسْكِ وَنَافِخِ الْكِيرِ، فَحَامِلُ الْمِسْكِ إِمَّا أَنْ يُحْذِيَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَبْتَاعَ مِنْهُ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ مِنْهُ رِيحًا طَيِّبَةً، وَنَافِخُ الْكِيرِ إِمَّا أَنْ يُحْرِقَ ثِيَابَكَ، وَإِمَّا أَنْ تَجِدَ رِيحًا خَبِيثَةً
“Permisalan teman yang baik dan teman yang buruk adalah seperti seorang penjual minyak wangi dan seorang pandai besi. Penjual minyak wangi bisa jadi akan memberimu minyak wangi, atau engkau bisa membeli minyak wangi darinya, atau paling tidak engkau mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, bisa jadi (percikan apinya) mengenai pakaianmu, atau paling tidak engkau mendapatkan bau asapnya yang tak sedap.”
(HR. Bukhari 5534 dan Muslim 2628)
5. Menikah atau Puasa
Ini adalah pesan langsung dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ
“Wahai para pemuda, siapa saja di antara kalian yang telah mampu menikah, maka menikahlah, karena hal itu lebih menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan, dan siapa yang belum mampu, maka berpuasalah karena hal itu adalah perisai baginya.”
(HR. Bukhari 5065 dan Muslim 1400)
6. Berdoa
Kiat berikutnya adalah banyak-banyak berdoa kepada Allah ‘azza wa jalla agar senantiasa diberi kemudahan dan keistiqamahan dalam menjalankan ketaatan kepada-Nya dan menjauhi larangan-Nya, memohon kepada Allah ta’ala agar dihindarkan dari keburukan di dunia dan akhirat.
Demikianlah apa yang dapat kami sampaikan, hendaknya orang-orang yang berpacaran mereka merasa takut dan mengingat Firman Allah ta’ala:
الْأَخِلَّاءُ يَوْمَئِذٍ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ إِلَّا الْمُتَّقِينَ
“Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh bagi sebagian yang lain, kecuali orang-orang yan bertakwa.”
(QS. az-Zukhruf [43]: 67)
Kemudian ketahuilah, bahwa Allah subhanahu wa ta’ala lebih mengetahui apa-apa yang terbaik bagi hamba-Nya, dan Allah senantiasa menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya. Oleh karena itulah apa yang diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya pasti karena di dalamnya mengandung kebaikan, dan apa yang dilarang oleh Allah dan Rasul-Nya pasti karena di dalamnya mengandung keburukan.
Semoga Allah memberi hidayah kepada kaum muslimin agar senantiasa berada di atas jalan islam yang lurus, dan semoga Allah memberi hidayah kepada saudara-saudari kita yang masih terjebak dalam dosa pacaran ini dan dosa-dosa lainnya, agar bisa segera meninggalkannya dan kembali kepada ketaatan kepada Allah ta’ala.
Ditulis oleh:
? Ustadz Ari Wijayanto
Read more https://bimbinganislam.com/bagaimana-islam-memandang-pacaran/