Para pembaca Bimbinganislam.com yang mencintai Allah ta’ala berikut kami sajikan artikel tata cara sholat idul adha dan hikmah qurban, berikut di bawah ini pembahasannya.
الْحَمْدُ لِلَّهِ حَمْدًا كَثِيرًا طَيِّبًا مُبَارَكًا فِيهِ كَمَا يُحِبُّ رَبُّنَا وَيَرْضَى،
وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ
وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنِ اهْتَدَى بِهُدَاهُمْ
إِلَى يَوْمِ الدِّين
Syarat dan rukun shalat Idul Adha sepintas mirip dengan shalat lain, demikian pula dengan hal-hal yang membatalkan dan pekerjaan-pekerjaan atau ucapan-ucapan yang disunnahkan. Hukum shalat id sunnah muakkadah alias sangat dianjurkan, meskipun bukan wajib. Bagi laki-laki maupun perempuan.
Akan tetapi, tak seperti shalat lima waktu, ada beberapa perbedaan teknis dalam shalat id. Shalat id tak didahului dengan adzan maupun iqamah. Niat dan anjuran takbir juga berbeda.
Waktunya setelah matahari terbit hingga masuk waktu dhuhur. Untuk shalat Idul Adha, dianjurkan mengawalkan waktu demi memberi kesempatan yang luas kepada masyarakat yang hendak berkurban selepas rangkaian shalat id.
Shalat id dilaksanakan dua rakaat secara berjamaah dan terdapat khutbah setelahnya. Namun, bila terlambat datang atau mengalami halangan lain, boleh dilakukan secara sendiri-sendiri (munfarid) di rumah ketimbang tidak sama sekali.
adapun tata caranya ialah:
Pertama, ialah NIAT
Kedua, takbiratul ihram sebagaimana shalat biasa. Setelah membaca doa iftitah, takbir lagi hingga tujuh kali untuk rakaat pertama. Di antara takbir-takbir itu dianjurkan membaca:
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا
Artinya: “Allah Maha Besar dengan segala kebesaran, segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, Maha Suci Allah, baik waktu pagi dan petang.”
Atau boleh juga membaca:
سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ لِلهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ
Artinya: “Maha Suci Allah, segala puji bagi Allah, tiada tuhan selain Allah, Allah maha besar”
Ketiga, membaca Surat al-Fatihah. Setelah melaksanakan rukun ini, dianjurkan membaca Surat al-A’lâ. Berlanjut ke ruku’, sujud, duduk di antara dua sujud, dan seterusnya hingga berdiri lagi seperti shalat biasa.
Keempat, dalam posisi berdiri kembali pada rakaat kedua, takbir lagi sebanyak lima kali seraya mengangkat tangan dan melafalkan “allâhu akbar” seperti sebelumnya. Di antara takbir-takbir itu, lafalkan kembali bacaan sebagaimana dijelaskan pada poin kedua. Usai membaca Surat al-Fatihah, pada rakaat kedua ini dianjurkan membaca Surat al-Ghâsyiyah. Berlanjut ke ruku’, sujud, dan seterusnya hingga salam
Kelima, setelah salam, jamaah tak disarankan buru-buru pulang, melainkan mendengarkan khutbah idul adha terlebih dahulu hingga rampung. Kecuali bila shalat id ditunaikan tidak secara berjamaah. Pada momen Idul Adha, umat Islam dianjurkan memperbanyak takbir. Takbiran dilaksanakan sejak bakda shubuh pada hari Arafah (9 Dzulhijjah) hingga selesainya hari tasyriq, yakni 11, 12, 13 Dzulhijjah. Takbiran hari raya Idul Adha dilakukan tiap selesai shalat fadhu.
HIKMAH DI BALIK BERKURBAN
Allah azza wa jalla menurunkan perintah qurban kepada Nabi Ibrahim ‘alaihissalam untuk menguji seberapa ikhlas Ia melepas putra yang dinantikan sejak lama. Tepat saat sang putra berusia 13 tahun, Ia menerima perintah itu dari Allah untuk menyembelih putranya. Kisah ini tertuang dalam surat As-saffat ayat 102-107.
Lalu, apa yang bisa kita pelajari dari kisah Nabi Ibrahim As dan putranya?
Kita bisa menarik dua hikmah berikut, yang kemudian menjadi dasar pelaksanaan ibadah qurban.
Mengingat kebesaran jiwa seorang ayah, dalam hal ini Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, yang dengan ikhlas mengorbankan kepentingan pribadi untuk melaksanakan perintah agama, yaitu menyembelih putranya berdasarkan kebenaran.
Mengingat ketaatan dan kesabaran seorang anak yang berbakti kepada orang tua, Nabi Ismail ‘alaihissalam. Ia ikhlas menjadi qurban dan disembelih ayahnya karena taat pada firman Allah azza wa jalla.
Kedua hikmah ini menciptakan sifat eksklusif pada ibadah qurban. Salah satu yang wajib kamu penuhi adalah waktu pemotongan hewan qurban sesuai syariat. Hewan qurban hanya boleh disembelih selama empat hari, yakni tanggal 10 Dzulhijjah setelah salat Idul Adha dan tiga hari setelahnya, 11, 12, 13 Dzulhijjah. Ketentuan ini disebut pula dengan istilah Ayyamutasyriq (hari-hari tasyriq).
Lebih lanjut, kamu bisa mengetahui bahwa ketentuan tersebut membedakan penyembelihan hewan qurban dan penyembelihan hewan lain, seperti untuk akikah, pesta pernikahan atau hajatan, atau memenuhi nazar. Ibadah qurban terasa lebih eksklusif karena hanya bisa dilakukan bertepatan dengan momentum Idul Adha, sedangkan penyembelihan hewan lainnya bisa kamu lakukan kapan saja.
والله أعلم
وصلى الله على سيدنا وحبيبنا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين
Disusun oleh:
Ustadz Toyyib Maulidi, B.A. حفظه الله