Pertanyaan :
بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
Semoga Ustadz dan keluarga selalu dalam kebaikan dan lindungan Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Afwan saya mau nanya. Saya terkena gerd/maag kronis dan anxiety/gangguan kecemasan. Bagaimana mengatasi gangguan kecemasan dalam Islam?
Adakah anjuran tertentu dalam menghadapi rasa panik dan khawatir berlebih dalam Islam?
Jazakallohu khoiron.
(Disampaikan oleh Fulanah, penanya dari media sosial bimbingan islam)
Jawaban :
وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْـمِ اللّهِ
Alhamdulillāh
Alhamdulillah, wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah, wash shalaatu was salaamu ‘alaa rasulillaah, Amma ba’du
Hidup Manusia di Dunia Adalah Ujian
Sesungguhnya apapun yang kita alami di dalam kehidupan di dunia ini adalah cobaan. Kesenangan dan kesusahan adalah ujian. Alloh Ta’ala berfirman:
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan kematian. Kami akan menguji kamu dengan keburukan (musibah) dan kebaikan (kenikmatan) sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan”.
(QS. Al-Anbiya’/21: 35)
Imam Ibnu Katsir (wafat th 774 H) rohimahulloh berkata: “Kami (Allah Ta’ala) akan menguji kamu, terkadang dengan musibah-musibah, dan terkadang dengan kenikmatan-kenikmatan, agar Kami lihat siapa yang akan bersyukur dan siapa yang akan kufur (ingkar), siapa yang akan bersabar, siapa yang akan berputus asa”.
(Tafsir Ibnu Katsir, 5/342)
Seorang mukmin yang menyikapi semua jenis ujian sesuai dengan tuntunan, maka apapun yang terjadi adalah kebaikan.
عَنْ صُهَيْبٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
Dari Shuhaib, dia berkata: Rosululloh sholallahu ‘alaihi was sallam bersabda: “Menakjubkan urusan seorang mukmin. Sesungguhnya semua urusan orang mukmin itu baik, dan itu tidaklah ada kecuali bagi orang mukmin. Jika kesenangan mengenainya, dia bersyukur, maka syukur itu baik baginya. Dan jika kesusahan mengenainya, dia bersabar, maka sabar itu baik baginya.
(HR. Muslim, no: 2999)
Di Antara Hikmah Sakit
Seorang mukmin yang menderita sakit, dan dia bersabar atas sakitnya, maka ada berbagai keutamaan padanya.
عَنْ عَبْدِ اللهِ، قَالَ: قَالَ رَسُولَ اللهِ : “وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ، مَا عَلَى الْأَرْضِ مُسْلِمٌ يُصِيبُهُ أَذًى، مِنْ مَرَضٍ فَمَا سِوَاهُ، إِلَّا حَطَّ اللهُ عَنْهُ بِهِ خَطَايَاهُ كَمَا تَحُطُّ الشَّجَرُ وَرَقَهَا
“Dari Abdulloh, dia berkata: Rasulullah sholallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Demi Alloh Yang jiwaku di tanganNya. Tidak ada seorang muslim di muka bumi yang tertimpa kesusahan, yang berupa sakit atau lainnya, melainkan Alloh menggugurkan kesalahan-kesalahannya sebagaimana pohon menggugurkan daunnya.”
(HR. Ahmad, no. 3618; dishohihkan oleh syaikh Syu’aib al-Arnauth)
Sakit yang bisa menggugurkan dosa ini bukan hanya sakit berat, bahkan termasuk sakit ringan, selama dia tetap sabar dan selalu mengharapkan pahala Allah, maka ini juga menggugurkan dosanya dan meninggikan derajatnya.
Di antara hikmah sakit adalah bahwa terkadang musibah bisa menghantarkan seorang hamba menuju derajat tinggi di sisi Allah Ta’ala, ketika hamba tersebut terbatas amalannya. Hal ini sebagaimana disebutkan di dalam sebuah hadits:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ الرَّجُلَ لِيَكُونُ لَهُ عِنْدَ اللَّهِ الْمَنْزِلَةُ، فَمَا يَبْلُغُهَا بِعَمَلٍ فَمَا يَزَالُ اللَّهُ يَبْتَلِيهِ بِمَا يَكْرَهُ، حَتَّى يُبَلِّغَهُ إِيَّاهَا
Dari Abu Hurairah, dia berkata, Rasulullah sholallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Sesungguhnya ada seseorang yang memiliki kedudukan tinggi di sisi Allah, tetapi dia tidak bisa memperolehnya dengan amalannya, maka Allah senantiasa terus mengujinya dengan sesuatu yang tidak disukainya, hingga dia mencapai kedudukan itu.”
(HR. Abu Ya’la, no. 6095; al-Hakim, no. 1274; dll. Dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani di dalam Ash-Shohihah, no. 2599)
Di dalam hadits lain disebutkan:
عَنْ أَنَسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ عِظَمَ الجَزَاءِ مَعَ عِظَمِ البَلاَءِ، وَإِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ، فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَا، وَمَنْ سَخِطَ فَلَهُ السَّخَطُ
Dari Anas, dia berkata, Rasulullah sholallahu ‘alaihi wassalam bersabda: “Sesungguhnya besarnya balasan bersamaan dengan besarnya cobaan, dan sesungguhnya apabila Allah mencintai suatu kaum, Dia mencoba mereka, barangsiapa yang ridha maka untuknya keridhaan dan barangsiapa yang murka maka baginya kemurkaan”
(HR. at-Tirmidzi no. 2396; Ibnu Majah, no. 4031. Dihasankan oleh Syaikh Al-Albani)
Anjuran Berobat
Ketika anda menderita sakit, agama menganjurkan untuk berobat, dan hal itu tidak bertentangan dengan tawakkal. Karena Nabi sholallahu ‘alaihi was sallam memerintahkan tawakkal, beliau juga memerintahkan berobat, maka perintah beliau tidak ada kontradiksi. Di dalam sebuah hadits disebutkan:
عَنْ أُسَامَةَ بْنِ شَرِيكٍ، قَالَ: أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَصْحَابَهُ كَأَنَّمَا عَلَى رُءُوسِهِمُ الطَّيْرُ، فَسَلَّمْتُ ثُمَّ قَعَدْتُ، فَجَاءَ الْأَعْرَابُ مِنْ هَا هُنَا وَهَا هُنَا، فَقَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَنَتَدَاوَى؟ فَقَالَ: “تَدَاوَوْا فَإِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ لَمْ يَضَعْ دَاءً إِلَّا وَضَعَ لَهُ دَوَاءً، غَيْرَ دَاءٍ وَاحِدٍ الْهَرَمُ”
Dari Usamah bin Syarik, dia berkata: Aku mendatangi Nabi sholallahu ‘alaihi was sallam dan para sahabatnya, seolah-olah di kepala mereka terdapat burung. Aku mengucapkan salam kepadanya, lalu aku duduk. Kemudian orang-orang Baduwi datang dari sana dan dari sana.
Lalu mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, bolehkah kita berobat?”
Beliau sholallahu ‘alaihi was sallam menjawab: “Silahkan kamu berobat. Sesungguhnya Allah tidak menurukan suatu penyakit, kecuali Dia juga menurunkan obatnya. Kecuali satu penyakit, penyakit tua”.
(HR. Abu Dawud, no. 3855. Dishohihkan Syaikh Al-Albani)
Bersabar Ketika Belum Mendapatkan Kesembuhan
Ketika seorang mukmin diuji dengan sakit, kemudian dia bersabar, maka sesungguhnya hal itu menaikkan derajatnya dan menghapus dosa-dosanya. Allah telah menjadikan sebagian Nabi-Nya sebagai teladan di dalam kesabaran ketika menderita sakit. Allah Ta’ala berfirman:
وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَى رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنْتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ * فَاسْتَجَبْنَا لَهُ فَكَشَفْنَا مَا بِهِ مِنْ ضُرٍّ وَآتَيْنَاهُ أَهْلَهُ وَمِثْلَهُمْ مَعَهُمْ رَحْمَةً مِنْ عِنْدِنَا وَذِكْرَى لِلْعَابِدِينَ
Dan (ingatlah kisah) Ayub, ketika ia menyeru Tuhannya: “(Ya Tuhanku), sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang.” Maka Kamipun memperkenankan seruannya itu, lalu Kami lenyapkan penyakit yang ada padanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah.”
(QS. Al-Anbiya’/21: 83-84)
Nabi menjelaskan bahwa Nabi Ayub ‘alaihis salam menderita sakit selama 18 tahun, sebagai ujian dari Allah Ta’ala.
(Silsilah Ash-Shahihah, no.17)
Nabi sholallahu ‘alaihi was sallam juga menjelaskan besarnya pahala orang-orang yang sakit, sehingga orang-orang sehat akan menginginkannya di Hari Kiamat.
عَنْ جَابِرٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “يَوَدُّ أَهْلُ العَافِيَةِ يَوْمَ القِيَامَةِ حِينَ يُعْطَى أَهْلُ البَلَاءِ الثَّوَابَ لَوْ أَنَّ جُلُودَهُمْ كَانَتْ قُرِضَتْ فِي الدُّنْيَا بِالمَقَارِيضِ
Dari Jabir, dia berkata: Rosululloh sholallahu ‘alaihi was sallam bersabda: “Pada hari kiamat, ketika orang-orang yang tertimpa cobaan diberi pahala, orang-orang yang sehat menginginkan kulitnya dipotong-potong dengan gunting ketika di dunia.”
(HR. Tirmidzi, no. 2402. Dihasankan oleh Syaikh Al-Albani)
Doa Menghadapi Kesusahan dan Kecemasan
Ada beberapa tuntunan doa dari Nabi sholallahu ‘alaihi was sallam di dalam menghadapi kesusahan dan kecemasan. Bisa dipilih untuk diamalkan sebagai doa ketika mengalami kesusahan dan kecemasan. Doa-doa itu antara lain:
Hadits Ibnu Mas’ud
عَنِ ابْنِ مَسْعُودٍ، قَالَ:، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “مَا قَالَ عَبْدٌ قَطُّ، إِذَا أَصَابَهُ هَمٌّ أَوْ حُزْنٌ:
للَّهُمَّ إِنِّي عَبْدُكَ ابْنُ عَبْدِكَ ابْنُ أَمَتِكَ، نَاصِيَتِي بِيَدِكَ، مَاضٍ فِيَّ حُكْمُكَ، عَدْلٌ فِيَّ قَضَاؤُكَ، أَسْأَلُكَ بِكُلِّ اسْمٍ هُوَ لَكَ، سَمَّيْتَ بِهِ نَفْسَكَ، أَوْ أَنْزَلْتَهُ فِي كِتَابِكَ، أَوْ عَلَّمْتَهُ أَحَدًا مِنْ خَلْقِكَ، أَوِ اسْتَأْثَرْتَ بِهِ فِي عِلْمِ الْغَيْبِ عِنْدَكَ، أَنْ تَجْعَلَ الْقُرْآنَ رَبِيعَ قَلْبِي، وَنُورَ بَصَرِي، وَجِلَاءَ حُزْنِي، وَذَهَابَ هَمِّي
إِلَّا أَذْهَبَ اللَّهُ هَمَّهُ وَأَبْدَلَهُ مَكَانَ حُزْنِهِ فَرَحًا” , قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ , يَنْبَغِي لَنَا أَنْ نَتَعَلَّمَ هَذِهِ الْكَلِمَاتِ؟، قَالَ: “أَجَلْ، يَنْبَغِي لِمَنْ سَمِعَهُنَّ أَنْ يَتَعَلَّمَهُنَّ”
Dari Ibnu Mas’ud, dia berkata: Rosululloh sholallahu ‘alaihi was sallam bersabda: “Tidaklah seorang hamba berkata, ketika dia ditimpa hamm (kecemasan) atau huzn (kesusahan hati sebab kehilangan sesuatu yang dicintai),
“Ya Allah, sesungguhnya aku adalah hamba-Mu, anak dari hamba laki-laki-Mu, anak hamba perempaun-Mu, ubun-ubunku di tangan-Mu, hukum-Mu terjadi kepadaku, keputusan-Mu kepadaku adalah adil. Aku meminta kepadamu dengan semua nama yang Engkau miliki, nama yang telah Engkau berikan kepada diri-Mu sendiri, atau nama yang telah Engkau turunkan melalui kitab-Mu, atau nama yang telah Engkau ajarkan kepada salah satu dari makhluk-Mu. Atau nama yang telah Engkau simpan di dalam ilmu ghaib di sisi-Mu. Jadikanlah Al-Qur’an sebagai kegembiraan hati-ku, cahaya pandangan-ku, penghilang kesedihan-ku dan pengusir kecemasan-ku.”,
kecuali Allah pasti akan menghilangkan kecemasannya, dan menggantikan dengan kegembiraan pada tempat kesusahannya”.
Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah sepantasnya kami mempelajari kalimat-kalimat ini?”.
Beliau menjawab, “Ya. Sepantasnya orang yang telah mendengarnya untuk mempelajarinya”.
(HR. Ahmad, no. 3712, 4318; Ibnu Hibban, no. 972. Dishohihkan oleh Syaikh Al-Albani di dalam Ash-Shohihah, no. 199)
Hadits ‘Aisyah
عَنْ عَائِشَةَ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَمَعَ أَهْلَ بَيْتِهِ، فَقَالَ: “إِذَا أَصَابَ أَحَدَكُمْ غَمٌّ أَوْ كَرْبٌ، فَلْيَقُلِ:
اللَّهُ ,اللَّهُ رَبِّي، لَا أُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا
Dari ‘Aisyah, bahwa Nabi sholallahu ‘alaihi was sallam pernah mengumpulkan keluarganya, lalu bersabda: “Jika seseorang dari kamu ditimpa hamm (kecemasan) atau karb (kesusahan yang menimpa hati), maka hendaklah dia mengucapkan: “Alloh, Alloh adalh Rabbku, aku tidak menyekutukan apapun dengan-Nya”.
(HR. Ibnu Hibban, no. 864. Syaikh Al-Albani menyatakan, “Hasan shohih”. Lihat: Ash-Shohihah, no. 864)
Doa ini juga diriwayatkan dari Asma’ binti ‘Umais rodhiyallohu ‘anha.
(HR. Ahmad, no. 27082; Abu Dawud, no. 1525; dan Ibnu Majah, no. 3882)
Selain itu, mungkin anda perlu muhasabah, kemudian bertaubat dari segala dosa yang ada, karena bisa jadi musibah itu sebagai ‘uqubah (hukuman dosa) atau sebagai ibtila’ (ujian untuk meningkatkan derajat).
Semoga Alloh menghilangkan kesusahan dan kecemasan anda, dan menganugerahkan kesehatan dan kebahagiaan. Wallohul Musta’an.
Disusun oleh:
Ustadz Muslim Al-Atsari حفظه الله
Referensi: https://bimbinganislam.com/sabar-ketika-sakit-dan-doa-mengatasi-kecemasan/