Pertanyaan:
بسم الله الرحمن الر حيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Ustadz, mohon ijin bertanya.
Afwan pertanyaan diluar tema.
Apakah boleh seorang remaja yang lagi patah hati memakai prinsip “laa tahzan innallaha ma’ana” sebagai penyemangat, sementara asbabun nuzul ayat dari surat At Taubah 40 itu kan sebenarnya bukan menjelaskan sebagai obat patah hati?
Sebab saya banyak temukan kalimat ini dipakai sebagai motto untuk bangkit dari keterpurukan.
جَزَاكَ الله خَيْرًا
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Ditanyakan oleh Sahabat BiAS T08-G38
Jawaban:
وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ الله وَبَرَكَاتُهُ
بِسْـمِ الله
Alhamdulillāhi rabbil ālamīn
Washshalātu wassalāmu ‘alā rasūlillāh, wa ‘alā ālihi wa ash hābihi waman tabi’ahum bi ihsānin Ilā yaumil Qiyāmah. Amma ba’du
Afwan Wajazākallāh khairan katsiran atas pertanyaan dan do’a yang antum sampaikan,
Semoga Allāh tabāraka wa ta’āla menjaga kita dari sifat futur, dan memudahkan kita semua untuk istiqamah dijalan-Nya.
Sebelum kita bicara tentang surat At-Taubah ayat 40 mari kita runtut dulu tentang masalah patah hati, maksud patah hati disini karena akhwat yang dikhitbah tiba-tiba diserobot/ditelikung orang lain? Atau pacar yang tetiba memutuskan hubungan karena memberikan pilihan, nikahi aku atau putuskan aku?
Jika sebabnya karena kondisi yang pertama maka sabarlah, sungguh anda tidak salah, anda orang yang terdzalimi, dan InsyaAllāh akan mendapat ganti yang lebih baik, bahkan jika anda bisa memanfaatkan situasi ini untuk berdoa akan lebih baik lagi. Nabi Muhammad shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda;
وَاتَّقِ دَعْوَةَ الْمَظْلُومِ ، فَإِنَّهُ لَيْسَ بَيْنَهُ وَبَيْنَ اللَّهِ حِجَابٌ
“Hati-hatilah terhadap doa orang yang terdzalimi. Karena sejatinya tak ada penghalang antara dirinya dengan Allāh (doanya tidak akan tertolak, alias akan diijabahi)” [HR Bukhari 1496]
Bahkan dalam hadits lain disebutkan tetap akan terkabul doanya walau yang bersangkutan adalah orang fajir (ahli maksiat). Sebagaimana disebutkan dalam Musnad Imam Ahmad, Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda;
دَعْوَةُ الْمَظْلُومِ مُسْتَجَابَةٌ وَإِنْ كَانَ فَاجِراً فَفُجُورُهُ عَلَى نَفْسِهِ
“Doa orang yang terdzolimi akan (tetap) terkabul meskipun yang berdoa adalah orang fajir (ahli maksiat). Kefajirannya itu tanggung jawab dirinya” [HR Ahmad 2/367] Hadits ini didhaifkan oleh Syaikh Syu’aib Al-Arnauth, namun dihasankan oleh Ibnu Hajar dalam Fathul Bari 3/360, Al-Mundziri dalam Targhib 3/87 dan Al-Haitsami dalam Majma’ Zawaid 10/151.
Lalu bisakah hadits diatas digunakan dalam kondisi yang kedua, yakni ketika pacar meminta putus karena anda tak sanggup menikahi, atau malah meminta putus karena orang ketiga? Tentu saja tidak bisa. Sebab makna terdzolimi disini adalah ketika diri kita tidak salah, orang lainlah yang salah dengan menyakiti atau melukai kita. Dan pacaran itu sendiri adalah sesuatu yang salah!
Maka sungguh konyol seseorang yang beragumen dengan dalil diatas, lalu ia berdoa kepada Allāh agar pacarnya bisa kembali lagi karena menganggap dirinya adalah orang yang terdzalimi.
Sedangkan tentang motto yang diambil dari Surat At-Taubah ayat 40, jika hendak diterapkan dalam kehidupan sehari-hari atau saat keadaan terpuruk maka sah-sah saja. Sebab disebutkan dalam sebuah kaidah fiqh;
العِبْرَةُ بِعُمُوْمِ اللَّفْظِ لَا بِخُصُوْصِ السَّبَبِ
“Ibrah / Hikmah / Pelajaran itu diambil dari keumuman Lafadz bukan dari kekhususan Sebab”
Maksudnya, jika ada nash dari Al-Quran ataupun Hadits yang memiliki Asbabu Nuzul atau Asbabu Wurud, pelajaran yang diambil dari nash tersebut bukan hanya dilihat dari sebabnya sajaa, namun juga dilihat dari keumuman lafal serta makna yang ada dari nash tersebut.
Jadi silahkan saja anda menjadikan lafal “Laa Tahzan Innaa Allaha Ma’anaa” (jangan sedih sebab Allāh bersama kita atau mengingat kita) sebagai motto dan kalimat cambuk bagi diri anda, namun ingat satu hal. Motto tanpa action, seperti motor tanpa bensin.
Artinya, lafal jangan bersedih sebab Allāh bersama kita jika tidak diresapi beserta konsekuensinya, yakni tidak memperbaiki ibadah kepada Allāh dan tidak berusaha mendatangkan cintanya Allāh , hanya akan menjadi pajangan semata, tak ada pengaruh dan tak ada gunanya. Maka seiring anda menjadikan lafal surat At-Taubah ayat 40 itu sebagai motto kehidupan, tingkatkan pula ketaqwaan anda kepada Allah, ingat serta mendekatlah terus kepadaNya kapanpun itu, termasuk disaat kondisi lapang atau senang.
Rasūlullāh shallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda;
تَعَرَّفْ إِلَى اللهِ فِي الرَّخَاءِ يَعْرِفْكَ فِي الشِّدَّةِ
“Kenalilah Allāh disaat lapang (senang), niscaya Allāh akan mengenalimu disaat engkau menghadapi kesulitan” [HR Ahmad 2666, Shohihul Jaami’ 2961]
Allāh juga berfirman;
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ
“Ingatlah Aku, niscaya Aku akan mengingat kalian” (QS Al-Baqorah 152)
Maka ketahuilah, jika kita selalu menunaikan hak Allāh disaat lapang. Allāh akan menolong kita saat menghadapi kesulitan atau keterpurukan. Singkat kata, Mengambil Ayat Al Qur’an Untuk Motto Hidup tersebut akan benar-benar berfungsi sesuai harapan jika kitapun menunaikan hak-Nya dalam kondisi lapang.
Wallāhu a’lam, Wabillāhittaufiq
Dijawab dengan ringkas oleh:
? Ustadz Rosyid Abu Rosyidah حفظه الله
Referensi: https://bimbinganislam.com/jangan-sembarangan-mengambil-ayat-al-quran-untuk-motto-hidup/