Tentang Corona
Dunia digegerkan dengan munculnya wabah pandemi, yaitu wabah yang masuk dalam setiap lini kehidupan manusia dan memiliki dampak sangat besar bagi kehidupan dalam berbagai macam sector, corona virus namanya (COVID-19). Virus yang pertama kali ditemukan di kota Wuhan, provinsi Hubei, Negara China ini telah meluas ke lebih dari 100 negara di dunia, ratusan ribu kasus yang terdata, dan telah merenggut ribuan nyawa umat manusia, baik mereka yang beriman maupun yang tidak percaya sama sekali adanya Tuhan Yang Maha Kuasa, tetap terkena imbasnya.
Puncaknya sebagian Negara di dunia telah melakukan Karantina wilayah, ada yang bersifat nasional, maupun bersifat parsial. Semuanya bertujuan satu, mengecilkan potensi tersebarnya virus ini secara meluas, karena sampai sekarang obat atau vaksin untuk jenis virus baru ini belum ditemukan, masih sekedar uji coba.
Jaga Aqidahmu!
Sebagai seorang muslim kita meyakini, agama kita telah mengatur urusan setiap hamba, tak terkecuali bagaimana harus bersikap ketika datangnya sebuah wabah (apapun nama wabah tersebut).
Namun pertama kali yang harus kita ingat dan yakini bahwa semua yang terjadi di alam semesta ini, semuanya telah tercatat di Lauhul Mahfuzh, dalam catatan taqdir setiap makhlukNya. Tidak ada yang terluput dan dapat menghindar dari ketetapan Allah Ta’ala Yang Maha Mulia.
Allah Ta’ala berfirman:
مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍۢ فِى ٱلْأَرْضِ وَلَا فِىٓ أَنفُسِكُمْ إِلَّا فِى كِتَـٰبٍۢ مِّن قَبْلِ أَن نَّبْرَأَهَآ ۚ إِنَّ ذَٰلِكَ عَلَى ٱللَّهِ يَسِيرٌۭ
“Tidaklah menimpa sebuah musibah di bumi dan tidak pula pada diri kalian kecuali ada di dalam kitab sebelum kami menciptakan musibah tersebut. Sesungguhnya yang demikian adalah sangat mudah bagi Allah.” (QS. Al-Hadid: 22)
Termasuk musibah yang menimpa makhluk, sesuatu yang tidak disenangi, ataupun disukai. Baik itu bencana alam, kecelakaan tragis, maupun wabah pandemi seperti yang kita rasakan sekarang ini. Tidaklah terjadi semua musibah tersebut kecuali dengan izin dan kehendak Allah Yang Maha Adil Dan Maha Bijaksana. Tidaklah Allah Subhanahu Wa Ta’ala melakukan sesuatu yang sia-sia.
Di antara nama Allah ‘Azza Wa Jalla adalah Al-Hakim yang artinya adalah Dzat yang Maha Bijaksana. Yakinlah bahwasanya di balik musibah ini pasti di sana ada hikmah dan pelajaran yang bisa diambil oleh manusia, sama saja diketahui hikmah itu ataupun tidak, semuanya terjadi atas izin Yang Maha Kuasa. Inilah Iman yang harus dijaga oleh setiap Mukmin, apapun dan bagaimanapun keadaannya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan dalam firmanNya Yang Mulia:
مَآ أَصَابَ مِن مُّصِيبَةٍ إِلَّا بِإِذْنِ ٱللَّهِ ۗ
“Tidaklah menimpa sebuah musibah kecuali dengan izin Allah.”
(QS. At-Taghabun: 11)
Maka Yang Mampu mengangkat musibah ini, Dia Lah Allah Yang Maha Pengasih. Dalam FirmanNya;
وَإِن يَمْسَسْكَ ٱللَّهُ بِضُرٍّۢ فَلَا كَاشِفَ لَهُۥٓ إِلَّا هُوَ ۖ
“Dan apabila Allah Subhanahu wa Ta’ala menghendaki untuk menimpakan memudharatkan kepadamu maka tidak ada yang bisa mengangkat kemudharatan tersebut kecuali Dia.” (QS. Al-An’am: 17)
Saudaraku se-Iman, semoga Allah Ta’ala menjagamu dimana pun anda berada, bagaimana sikap seorang muslim jika wabah telah mencapai daerahnya bahkan boleh jadi dia sedang sakit dan menunjukkan gejala-gejalanya terpapar dengan wabah tersebut, berikut ini Satu petunjuk syar’i dalam ajaran Islam yang mulia yang banyak dari kaum muslimin lupa dan lalai terhadapnya;
Menguatkan Amalan-amalan Hati
Barangkali banyak yang bertanya-tanya, ‘Kalau virus ini tergolong penyakit ringan, Namun kenapa dapat menyebabkan kematian?’
Di antara sebabnya adalah keadaan hati orang yang sakit. Hal ini dikembalikan kepada keadaan Qalbu si-penderitanya. Kuat tidak melawan penyakit tersebut. Misalkan dia kalah dalam pergulatan batin melawan penyakit itu maka akan hadir ketakutan, khawatir, panik, dan kecemasan yang kita tahu bahwa hal itu dapat melemahkan daya tahan tubuh dan sistem imun seseorang akan menurun.
1. Yakinlah! Penyakit Badan Itu Ringan
Pernah suatu saat, ada seorang Arab Badui yang sakit demam, dan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam menjenguknya. Namun dirinya kalah dan beranggapan negatif pada dirinya, padahal sakitnya hanya demam biasa, hanya saja amalan hatinya sangat lemah, sehingga mati dengan sikapnya itu, bukan karena penyakitnya,
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ عَلَى أَعْرَابِيٍّ يَعُودُهُ فَقَالَ لَا بَأْسَ عَلَيْكَ طَهُورٌ إِنْ شَاءَ اللَّهُ قَالَ قَالَ الْأَعْرَابِيُّ طَهُورٌ بَلْ هِيَ حُمَّى تَفُورُ عَلَى شَيْخٍ كَبِيرٍ تُزِيرُهُ الْقُبُورَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَنَعَمْ إِذًا
Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menjenguk seorang arab badui yang sedang sakit. Beliau katakan: “Kamu tidak apa-apa, Insya Allah baik-baik saja.”
Lantas si arab badui menjawab, “Apa! Tidak apa-apa?! Bahkan ini adalah demam yang menggelegak atas orang yang sudah tua renta yang menghantarkannya kepada kuburan.”
Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam berkata: “Semoga iya, kalau begitu (sebagaimana yang kamu sangka, pent.).”
(HR. Bukhari, no.7470).
Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani rahimahullah menjelaskan kisah di atas dengan membawakan riwayat dari at-Thabari, Ibnu Sakan, Ad-Daulabi, dan Abddurrazzaq, bahwa orang Arab Badui tadi di pagi harinya langsung wafat.
أن الأعرابي المذكور أصبح ميتا…
‘Bahwa orang Arab Badui tersebut dipagi harinya meninggal’
(Lihat pembahasannya dalam Fathul Bari, 10/230).
Faedah hadits di atas memberikan pelajaran berharga bagi kita, selalu berprasangka baik kepada Allah Ta’ala dan juga menganggap ringan segala penyakit badan, buktinya di beberapa lafal hadits yang lain, perkara ini (menganggap ringan penyakit di badan) sering berulang.
Dari sahabat mulia Abdullah Bin Abbas radhiallahu ‘anhuma, beliau menuturkan;
وَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ عَلَى مَرِيضٍ يَعُودُهُ قَالَ لَا بَأْسَ طَهُورٌ إِنْ شَاءَ اللَّهُ
“Setiap kali beliau menjenguk orang sakit, maka beliau akan mengatakan kepadanya: “Tidak apa-apa, Insya Allah baik-baik saja.” (HR. Bukhari, dalam bab Al-Mardhaa, no. 5656).
Lihatlah sikap beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam, jika melihat orang sakit selalu menganggapnya ringan (berprasangka baik kepada Allah Yang Maha Mulia). meskipun itu terlihat parah, namun tetap saja ringan, karena selama belum merusak Aqidahnya berarti itu masih ringan.
2. Bersabar di kala Musibah Menerpa
Seharusnya kita lebih mampu bersabar, karena setiap musibah itu terjadi, tak lain dan tak bukan adalah akibat dari ulah tangan manusia itu sendiri, bukan ulah perbuatan makhluk lain.
Bahkan karena Kemurahan Allah Yang Maha pengasih kepada para hambaNya, Dia Yang Maha Kuasa hanya menurunkan sebagian musibah, dan memaafkan sebagian besar perbuatan manusia.
Allah Subhananhu Wa Ta’ala berfirman:
وَمَآ أَصَـٰبَكُم مِّن مُّصِيبَةٍۢ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُوا۟ عَن كَثِيرٍۢ
“Dan tidaklah menimpa kalian sebuah musibah kecuali dengan sebab apa-apa yang dilakukan oleh tangan-tangan kalian (yaitu berupa dosa) dan Dia memaafkan banyak dari (dosa dan kesalahan).”
(QS. Asy-Syura: 30).
Dia lah Allah Ta’ala memaafkan banyak di antara dosa-dosa tersebut dan mungkin saja orang yang shalih juga terkena dampak dari adzab dan bencana kemudian mereka meninggal dunia, akan tetapi mereka akan dibangkitkan sesuai dengan amalnya.
Maka kewajiban dan tugas kita setiap muslim untuk bersabar atas musibah yang terjadi, terhadap apa yang Allah Ta’ala takdirkan, baik dengan hati, lisan maupun perbuatan anggota badan kita.
Allah Ta’ala berfirman:
وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ *الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ
Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.”
(QS. al-Baqarah: 154 – 155).
Dalam sejarah kenabian, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah didatangi seorang wanita yang berkulit hitam yang menderita penyakit (sejenis epilepsi/ayan). Dengan tenang dan sederhananya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam menyikapi penyakit wanita tersebut dengan ungkapan;
قَالَ « إِنْ شِئْتِ صَبَرْتِ وَلَكِ الْجَنَّةُ وَإِنْ شِئْتِ دَعَوْتُ اللَّهَ أَنْ يُعَافِيَكِ » . فَقَالَتْ أَصْبِرُ
“Jika engkau mau sabar, bagimu surga, Jika engkau mau Aku akan berdoa kepada Allah agar menyembuhkanmu”,
Wanita itu pun menjawab, “Aku memilih bersabar.”
(HR. Bukhari, no. 5652 & Muslim, no. 2576).
Lihatlah bagaimana Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersikap!
Menyederhanakan penyakit badan bahwa penyakit badan itu hakekatnya ringan; seberat apapun itu. Tujuannya yang hendak digaris bawahi disini adalah menguatkan amalan hati si sakit. Dan perilaku ini harus diambil sebelum sakit itu menimpa seorang muslim.
3. Bertawakal Yang Sempurna
Setiap muslim harus bertawakal kepada Allah Ta’ala, bergantung kepadanya, serta jujur di dalam penyandaran setiap urusan kepada Allah Yang Maha Kuasa dengan usaha dan ikhtiyar yang terbaik. Barangsiapa yang benar-benar bertawakal kepada Allah Ta’ala dan meyakini bahwanya Allah Ta’ala, Dia-lah yang mendatangkan manfaat dan Dia-lah yang menolak mudharat, maka Allah Subhanahu Wa Ta’ala akan mencukupi dan menolong kita.
Apapun yang terjadi di setiap sisi kehidupan kita, suka maupun duka, maka katakanlah sebagaimana firman Allah Ta’ala:
قُلْ لَنْ يُصِيبَنَا إِلَّا مَا كَتَبَ اللَّهُ لَنَا هُوَ مَوْلَانَا وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ
Katakanlah: “Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Allah untuk kami. Dialah Pelindung kami, dan hanya kepada Allah orang-orang yang beriman harus bertawakal”
(QS. At-Taubah: 51).
Semoga Allah Yang Maha Pengasih menjaga kaum muslimin, Dia lah Yang Maha Mengabulkan pinta hamba-hambaNya.
Berikut ini akan kami sampaikan Tips Kesehatan: Cara Mengatasi Virus Corona (Cara Menghindari Virus Corona) LENGKAP 2020 dari CintaSedekah (CS Peduli)
Wallahu Ta’ala A’lam bisshowaab.
Disusun oleh:
Ustadz Fadly Gugul حفظه الله
Referensi: https://bimbinganislam.com/jika-wabah-telah-sampai-di-daerahmu-tentang-corona/