Pertanyaan
بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
Bagaimana tafsir sesuai pemahaman salaful ummah terkait ayat dibawah ini :
dalil umum yang paling masyhur dipake nya untuk “jihad” versi mereka adalah Surat al baqarah ayat 207
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ ۗ وَاللَّهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ
“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah; dan Allah Maha Penyantun kepada hamba-hamba-Nya.”
(Pertanyaan dari Member BIAS N06 – G46 )
Jawaban :
وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمدلله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أجمعين
Banyak manusia memandang amalan jihad tanpa dilandasi dengan ilmu, sehingga banyak diantara kita yang keliru, pemahaman masyarakat jadi rancu, bahkan teori-teori yang berusaha menyudutkan islam pun dibumbui fitnah-fitnah yang tak bermutu. Sungguh ini semua karena jauhnya kita dari ilmu.
Oleh karena itu, banyak kita saksikan belakangan ini tindakan atau aksi tertentu yang menimbulkan kerusakan di tengah masyarakat, namun tindakan itu justru diklaim oleh para pelakunya sebagai jihad. Padahal, Islam sama sekali tidak memerintahkan amalan tersebut.
Dan diantara mereka yang mengatasnamakan Jihad berdalil dengan Firman Alloh
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاةِ اللَّهِ
“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridaan Alloh” (QS Al-Baqoroh 207)
Na’udzubillah Wal’iyadzubillah..!
Saudaraku sekalian yang mencintai sunnah dan dicintai oleh Alloh Jalla wa ‘Alaa, inilah pentingnya bagi kita mempelajari Ilmu Quran, dalam hal ini Asbabul Nuzul, atau sebab-sebab khusus mengenai turunnya suatu ayat.
Di ayat tersebut, setelah Alloh menyebutkan sifat orang-orang munafik yang tercela pada ayat sebelumnya, maka pada ayat itu Alloh menyebutkan sifat orang-orang mukmin yang terpuji, yakni berani berkorban untuk Alloh demi menggapai keridhoanNya.
Menurut sahabat yang mulia Ibnu Abbas dan Anas bin Maalik rodhiallohu ‘anhuma, juga tabi’in senior Sa’id ibnul Musayyab rohimahulloh, beserta sejumlah ulama lainnya, ayat ini turun berkenaan tentang sahabat Suhaib ibnu Sinan Ar-Rumi rodhiallohu ‘anhu. Seorang sahabat yang ahli dalam alat perang terutama panah, yang berani mengorbankan semua miliknya demi mengikuti Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam.
Kisah ini terjadi ketika Suhaib telah masuk Islam di Makkah dan bermaksud untuk hijrah, lalu ia dihalang-halangi oleh orang-orang Kafir Quraisy karena membawa hartanya. Mereka mempersyaratkan jika Suhaib ingin hijrah, maka Suhaib harus melepaskan semua harta bendanya. Ternyata Suhaib bersikeras hijrah, ia pun merelakan semua harta bendanya demi melepaskan diri dari cengkeraman Kafir Quraisy di Makkah dan ikut hijrah bersama Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam, lalu turunlah ayat tersebut.
عَنْ صُهَيْبٍ قَالَ: لَمَّا أردتُ الْهِجْرَةَ مِنْ مَكَّةَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ لِي قُرَيْشٌ: يَا صهيبُ، قَدمتَ إِلَيْنَا وَلَا مَالَ لك، وَتَخْرُجُ أَنْتَ وَمَالُكَ! وَاللَّهِ لَا يَكُونُ ذَلِكَ أَبَدًا. فَقُلْتُ لَهُمْ: أَرَأَيْتُمْ إِنْ دَفَعْتُ إِلَيْكُمْ مَالِي تُخَلُّون عَنِّي؟ قَالُوا: نَعَمْ. فدفعتُ إِلَيْهِمْ مَالِي، فخلَّوا عَنِّي، فَخَرَجْتُ حَتَّى قدمتُ الْمَدِينَةَ. فَبَلَغَ ذَلِكَ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: “رَبح صهيبُ، رَبِحَ صُهَيْبٌ” مَرَّتَيْنِ.
فضائل الصحابة لأحمد بن حنبل ) فَضَائِلُ صُهَيْبٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ( رقم الحديث 1334
Suhaib menceritakan: Ketika aku hendak hijrah dari Makkah kepada Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam (di Madinah), maka orang-orang Quraisy berkata kepadaku, “Hai Suhaib, kamu datang kepada kami pada mulanya tanpa harta, sedangkan sekarang kamu hendak keluar meninggalkan kami dengan harta bendamu. Demi Allah, hal tersebut tidak boleh terjadi selamanya” Maka kukatakan kepada mereka, “Bagaimanakah menurut kalian jika aku berikan kepada kalian semua hartaku, lalu kalian membiarkan aku pergi?” Mereka menjawab, “Ya, kami setuju” Maka kuserahkan hartaku kepada mereka dan mereka membiarkan aku pergi. Lalu aku berangkat hingga sampai di Madinah. Ketika berita ini sampai kepada Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam, maka Beliau bersabda, “Suhaib telah beruntung, Suhaib telah beruntung” sebanyak dua kali. [Fadhoil Ash-Shohabah Li Ahmad bin Hanbal, bab Keutamaan Suhaib rodhiallohu ‘anhu, Hadits 1334]
Dalam redaksi yang lain, Rosululloh sholallohu ‘alaihi wasallam mengatakan kepada Suhaib dengan lafal;
ربِح الْبَيْعُ صُهَيْبُ، رَبِحَ الْبَيْعُ صُهَيْبُ
“Suhaib telah beruntung dalam perniagaannya”
Dalam tafsirnya, Imam Ibnu Katsir rohimahulloh juga menyebutkan riwayat tentang keberanian serta tanggapan tegas dari Suhaib saat dihadang oleh para Kafir Quraisy
أَقْبَلَ صُهَيْبٌ مُهَاجِرًا نَحْوَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَاتَّبَعَهُ نَفَرٌ مِنْ قُرَيْشٍ، فَنَزَلَ عَنْ رَاحِلَتِهِ وَانْتَثَلَ مَا فِي كِنَانَتِهِ، ثُمَّ قَالَ: يَا مَعْشَرَ قُرَيْشٍ قَدْ عَلِمْتُمْ أَنِّي مِنْ أَرْمَاكُمْ رَجُلًا، وَأَنْتُمْ وَاللَّهِ لَا تَصِلُونَ إلي حتى أرمي بكل سَهْمٍ فِي كِنَانَتِي، ثُمَّ أَضْرِبَ بِسَيْفِي مَا تبقى فِي يَدِي مِنْهُ شَيْءٌ، ثُمَّ افْعَلُوا مَا شِئْتُمْ وَإِنْ شِئْتُمْ دَلَلْتُكُمْ عَلَى مَالِي وَقُنْيَتِي بِمَكَّةَ وَخَلَّيْتُمْ سَبِيلِي، قَالُوا: نَعَمْ، فَلَمَّا قَدِمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ «رَبِحَ الْبَيْعُ» قَالَ: وَنَزَلَتْ وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْرِي نَفْسَهُ ابْتِغاءَ مَرْضاتِ اللَّهِ وَاللَّهُ رَؤُفٌ بِالْعِبادِ
Suhaib ketika berangkat hijrah untuk bergabung dengan Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam (di Madinah), ia dikejar oleh sejumlah orang-orang Quraisy. Maka Suhaib pun turun dari unta kendaraannya dan mencabut anak panah yang ada pada wadah anak panahnya, ia berkata;
“Hai orang-orang Quraisy, sesungguhnya kalian telah mengetahui bahwa aku adalah orang yang paling mahir dalam hal memanah di antara kalian semua. Demi Allah..! kalian tidak akan sampai kepadaku hingga aku melemparkan semua anak panah yang ada pada wadah panahku ini, kemudian aku memukul dengan pedangku selagi masih ada senjata di tanganku. Setelah itu barulah kalian dapat berbuat sesuka hati kalian terhadap diriku. Tetapi jika kalian suka, aku akan tunjukkan kepada kalian semua harta bendaku dan budak-budakku di Mekah buat kalian semua, tetapi kalian jangan menghalang-halangi jalanku”
Mereka menjawab, “Ya”. Dan ketika Suhaib datang ke Madinah, maka Nabi sholallohu ‘alaihi wasallam bersabda;
“Suhaib telah beruntung dalam perniagaannya (beruntung dalam jual belinya)”
Dan sehubungan dengan peristiwa tersebut turunlah ayat ; “Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridaan Alloh, dan Alloh Maha Penyantun kepada hamba-hambaNya” (QS Al-Baqoroh 207). (Tafsir Ibnu Katsir 1/421)
Karenanya saudaraku, marilah kita selalu membekali amal dengan dasar ilmu. Bahwa yang dimaksud dalam ayat diatas adalah keutamaan seorang hamba yang berani berkorban untuk Alloh (dengan cara yg telah Alloh benarkan dalam syariatNya) demi menggapai Ridho-Nya. Bukan sekedar mengorbankan diri lalu Alloh meridhoinya. Sebab bagaimana mungkin seseorang mengorbankan dirinya atas nama jihad padahal Alloh tidak menyukai caranya? Tidak mungkin!
Wallohu A’lam
Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Rosyid Abu Rosyidahحفظه الله
Referensi: https://bimbinganislam.com/tafsir-masyhur-al-baqarah-ayat-207-untuk-jihad/