Pertanyaan
بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
Ustadz afwan,
Kenapa bersiul itu haram? Mohon penjelasan dengan dalilnya?
(Sahabat BiAS T07 G-80)
Jawaban
وَعَلَيْكُمُ السَّلاَمُ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
Bismillah, was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du,
Allah ta’ala berfirman :
وَمَا كَانَ صَلاَتُهُمْ عِندَ الْبَيْتِ إِلاَّ مُكَاء وَتَصْدِيَةً فَذُوقُواْ الْعَذَابَ بِمَا كُنتُمْ تَكْفُرُونَ
“Tidaklah shalat mereka di sekitar Baitullah itu, melainkan hanyalah siulan dan tepukan tangan. Maka rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu.” (QS Al-Anfal : 35).
Akan tetapi sebagaimana konteks ayat tepuk tangan yang diharamkan dalam ayat tadi adalah yang dilakukan dalam rangka beribadah. Jika ia dilakukan untuk memberi motivasi, atau karena kagum maka sebagian ulama membolehkannya hanya saja lebih baik ditinggalkan.
Imam Ibnu Utaimin berkata :
التصفيق في الحفلات ليس من عادة السلف الصالح ، وإنما كانوا إذا أعجبهم شيء سبحوا أحيانا ، أو كبروا أحيانا ، لكنهم لا يكبرون تكبيرا جماعيا ، ولا يسبحون تسبيحا جماعيا ، بل كل واحد يكبر لنفسه ، أو يسبح لنفسه ، بدون أن يكون هناك رفع صوت ، بحيث يسمعه من بقربه ، فالأولى الكف عن هذا أي التصفيق ، ولكننا لا نقول بأنه حرام لأنه قد شاع بين المسلمين اليوم ، والناس لا يتخذونه عبادة ، ولهذا لا يصح الاستدلال علي تحريمه بقوله تعالي عن المشركين : (وما كانت صلاتهم عند البيت إلا مكاء وتصدية) فإن المشركين يتخذون التصفيق عند البيت عبادة ، وهؤلاء الذين يصفقون عند سماع ما يعجبهم أو رؤية ما يعجبهم لا يريدون بذلك العبادة .
وخلاصة القول أن ترك هذا التصفيق أولى وأحسن ولكنه ليس بحرام
“Tepuk tangan dalam pesta bukan kebiasaan salafush shalih, mereke jika merasa takjub mengucapkan tasbih, atau terkadang bertakbir tapi mereka TIDAK bertakbir jamaah. Masing-masing bertakbir dan bertasbih sendiri-sendiri, dengan tanpa mengeluarkan suara yang bisa didengar oleh orang lain.
Yang lebih utama menahan diri dari tepuk tangan ini, tapi kita tidak mengatakan ini haram, karena tepuk tangan ini sudah menyebar di kalangan kaum muslimin hari ini dan mereka tidak menjadikannya ibadah.
Maka dari itu tidak tepat cara pendalilan yang menyatakan haramnya tepuk tangan dengan firman Allah ta’ala ;
“Tidaklah shalat (ibadah) mereka (kaum musyrik) di sekitar Baitullah itu, kecuali hanyalah siulan dan tepukan tangan. Maka rasakanlah azab disebabkan kekafiranmu itu”. (QS Al Anfal 35).
Karena orang-orang musyrik menjadikan tepuk tangan di sisi ka’bah sebagai ibadah. Sedang orang-orang yang bertepuk tangan ketika kagum mendengar atau melihat sesuatu tidak bermaksud untuk beribadah.
Kesimpulannya, bahwa meninggalkan tepuk tangan adalah lebih utama dan lebih baik, tetapi dia tidaklah haram.
(Sumber : Fatawa Nur ‘Ala Ad-Darbi : 24/2).
Adapun bersiul maka makruh secara dzatnya menurut beliau ;
قل مثلا التصفيق للإنسان الذي تميز عن غيره في النجاح، أو أجاب جواباً صواباً، أو ما أشبه ذلك، فأنا لا أرى فيه بأساً, أما التصفير فأكرهه كراهة ذاتية، ولا أستطيع أن أقول: إنه مكروه كراهة شرعاً, لأنه ما عندي دليل.
“Katakanlah misalnya tepuk tangan untuk manusia yang memiliki lelebihan dari orang lain dalam kelulusan atau bisa menjawab pertanyaan atau yang lainnya aku melihat ini tidak mengapa. Adapun siulan aku mebencinya secara dzat, dan aku tidak bisa mengatakan ia makruh secara syariat karena aku tidak memiliki dalil.’
(Silsilah Liqa babul Maftuh kaset no. 119).
Wallohu A’lam, wabillahi taufiq.
Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Abul Aswad Al Bayati حفظه الله
Referensi: https://bimbinganislam.com/pembahasan-bersiul-dan-bertepuk-tangan/