Pertanyaan:
السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
Bagaimana jika saya sudah berwudhu kemudian saya bersentuhan dengan adik saya namun adik saya beda bapak dengan saya tapi ibu sama, apakah batal wudhu saya? Mohon penjelasannya?
Ditanyakan oleh Sahabat BiAS NO4 G-33
Jawaban:
وعليكم السلام ورحمة الله وبر كاته
Wudhunya tidak batal, karena menyentuh wanita tidak termasuk ke dalam pembatal wudhu.
Namun demikian kami menyatakan bahwa masalah ini adalah masalah yang diperselisihkan oleh para ulama. Madzhab Syafi’i menyatakan bahwa menyentuh wanita itu membatalkan wudhu. Sedangkan sebagian ulama lainnya menyatakan menyentuh wanita tidak membatalkan wudhu secara mutlak. Imam Abdul Aziz bin Baz menyatakan :
لمس النساء في نقضه للوضوء خلاف بين العلماء: فمنهم من قال إنه ينقض مطلقاً كالشافعي رحمه الله. ومنهم من قال: أنه لا ينقض مطلقاً، كأبي حنيفة رحمه الله. ومنهم من قال: ينقض مع الشهوة، يعني إذا لمسها بتلذذ وشهوة ينقض الوضوء، وإلى ذلك ذهب الإمام أحمد رحمه الله.
والصواب في هذه المسألة وهو الذي يقوم عليه الدليل: هو أن مس المرأة لا ينقض الوضوء مطلقاً، سواء كان عن شهوة أم لا، إذا لم يخرج منه شيء؛ لأنه صلى الله عليه وسلم قبل بعض نسائه ثم صلى ولم يتوضأ، ولأن الأصل سلامة الطهارة، وبراءة الذمة من وضوء آخر، فلا يجب الوضوء إلا بدليل سليم لا معارض له؛ ولأن النساء موجودات في كل بيت غالباً، والبلوى تعم بمسهن من أزواجهن وغير أزواجهن من المحارم، فلو كان المس ينقض الوضوء لبينه النبي صلى الله عليه وسلم بياناً واضحاً، وأما قوله تعالى: أَوْ لامَسْتُمُ النِّسَاءَ[1]، وفي قراءة أخرى: أَوْ لامَسْتُمُ النِّسَاءَ، فالمراد به الجماع، فكنى الله بذلك عن الجماع، كما كنى الله عنه سبحانه بالمس في آية أخرى، هكذا قال ابن عباس رضي الله عنهما وجماعة من أهل العلم، وهو الصواب.
“Menyentuh wanita adalah masalah yang diperselisihkan para ulama. Diantara mereka ada yang menyatakan menyentuh wanita membatalkan wudhu secara mutlak seperti Imam Syafi’i -semoga Allah merahmati beliau-.
Dan diantara mereka ada yang menyatakan tidak membatalkan wudhu secara mutlak, seperti Imam Abu Hanifah -semoga Allah merahmati beliau-. Ada juga yang menyatakan menyentuh wanita membatalkan wudhi jika disertai syahwat, yaitu ketika menyentuh disertai rasa nikmat dan syahwat, pendapat ini dipilih oleh Imam Ahmad -semoga Allah merahmati beliau-.
Pendapat yang benar di dalam masalah ini ialah pendapat yang berdiri di atas dalil : Yaitu bahwa menyentuh wanita itu tidak membatalkan wudhu sama sekali. Sama saja apakah disertai dengan syahwat ataupun tidak, jika tidak keluar darinya sesuatu.
Karena Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam mencium sebagian istri beliau kemudian beliau shalat dan tidak berwudhu terlebih dahulu.
Dan karena hukum aslinya adalah masih berlakunya wudhu dan bebas dari air wudhu berikutnya dan tidak wajib wudhu lagi melainkan dengan dalil yang selamat dari kritikan. Dan karena wanita itu selalu ada di setiap rumah, dan menyentuh wanita ini menjadi satu hal yang lumrah terjadi baik yang dicium itu istri atau wanita lain yang masih mahram.
Seandainya menyentuh wanita itu membatalkan wudhu niscaya Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam akan menjelaskannya dengan penjelasan yang gamblang.
Adapun firman Allah ta’ala :
أو لامستم النساء
“Atau kalian menyentuh wanita” (QS Al-Maidah : 6), maksudnya adalah Jima’. Allah memaksudkan jima’ dengan kinayah/kiasan ini. Sebagaimana yang Allah lakukan juga di ayat yang lain. Ini pula yang dikatakan oleh Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma dan sebagian Ahli ilmu dan inilah pendapat yang benar”. (Fatawa Syaikh Bin Baz No. 2238).
Wallahu a’lam
Konsultasi Bimbingan Islam
Ustadz Abul Aswad Al Bayati
Referensi: https://bimbinganislam.com/menyentuh-wanita-tidak-termasuk-ke-dalam-pembatal-wudhu/