Pertanyaan:
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
Bagaimana hukumnya jika kita telah habis masa haid selama 10 hari kemudian 2 atau 3 hari keluar darah lagi, apakah kita wajib sholat?
Apakah itu bukan termasuk darah haid?
جَزَاك اللهُ خَيْرًا
(Dari Titi sundari di Bogor Anggota Grup WA Bimbingan Islam T05 G-33)
Jawaban:
وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته
Apabila seorang wanita memiliki kebiasaan haidh selama 10 hari di waktu tertentu pada setiap bulannya, maka darah yang keluar setelahnya dianggap darah istihadhah (darah sakit), dan tetap shalat dan puasa. Sebagaimana sabda Rasulullah kepada Ummu Habibah:
امْكُثِى قَدْرَ مَا كَانَتْ تَحْبِسُكِ حَيْضَتُكِ ثُمَّ اغْتَسِلِى وَصَلِّى
“Tahanlah dirimu (dari shalat) selama kadar haidhmu, setelah itu mandilah dan shalatlah.” (HR. Muslim no. 504).
Apabila ia tidak memiliki kebiasaan haidh dengan jumlah hari tertentu dan di waktu tertentu, maka ia harus membedakan darah yang keluar tersebut , apakah darah haidh atau darah istihadhah. Darah haidh memiliki sifat berwarna merah kehitaman, kental, dan bau busuk, maka ia meninggalkan shalat dan puasa. Sedangkan darah istihadhah berwarna merah, encer, dan tidak bau, maka ia tetap shalat dan puasa. Hendaknya ia membersihkan kemaluanya dan menggunakan pembalut kemudian berwudlu’ berwudhu’ setiap kali akan shalat. Rasulullah bersabda kepada Fatimah binti Abi Hubaisy:
إِذَا كَانَ دَمُ الْحَيْضِ فَإِنَّهُ دَمٌ أَسْوَدُ يُعْرَفُ فَإِذَا كَانَ ذَلِكَ فَأَمْسِكِى عَنِ الصَّلاَةِ فَإِذَا كَانَ الآخَرُ فَتَوَضَّئِى وَصَلِّى
“ِApabila darah haidh maka darah itu berwarna hitam sebagaimana diketahui (oleh wanita), apabila darah itu ternyata demikian, maka tinggalkan shalat. Apabila darah itu berwarna lain, maka berwudhu’lah dan shalatlah.” (HR. Abu Dawud no. 261)
Referensi: Kitab Mulakhas Fiqhi, Syeikh Shalih Al Fauzan, hal. 44.
Konsultasi Bimbingan Islam
Ustadz Muhammad Romelan, Lc.
Referensi: https://bimbinganislam.com/solusi-siklus-haid-yang-tidak-teratur/