Pertanyaan:
بِسْـمِ اللّهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْم
اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللّهِ وَبَرَكَاتُهُ
Afwan, ana mau bertanya ustadz.
Ibu dan ayah ana sudah bercerai sewaktu ana bayi ustadz, ana nggak pernah hidup bersama ayah, jadi agak canggung kepada ayah sendiri. Apakah ini sudah termasuk dosa Ustadz?
Ana pengin dekat sama ayah, tetapi tidak tau memulainya dari mana.
Mohon pencerahannya Ustadz.
جزاك الله خيرا
(Dari Fulan Anggota Grup Whatsapp Sahabat BiAS)
Jawaban:
Alhamdulillah, wa laa haula wa laa quwwata illaa billaah, wash shalaatu was salaamu ‘alaa rasulillaah, Amma ba’du.
Wa’alaikumussalam Warahmatullah Wabarakatuh
Membangun kedekatan antara ayah dan anak adalah hal yang susah-susah gampang, terutama saat anak sudah beranjak dewasa. Ketika anak masih kecil, ayah mungkin merasa mudah untuk mengajaknya melakukan berbagai aktivitas bersama, namun akan sangat berbeda dan lain rasanya jika sang ayah tidak membersamai pertumbuhan anak sampai remaja. Rasa canggung, kurang akrab kerap datang menyapa. Terus, bagaimana agar anak bisa dekat dengan sang ayah?
Tetap Berbakti, Bagimu Pahala
Bahkan jika seorang ayah melakukan sebuah dosa yang paling besar di muka bumi, seorang anak tetap wajib berbuat baik kepada ayahnya.
Allah Ta’ala berfirman:
وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَىٰ أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا ۖ وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا ۖ
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” (QS. Luqman : 15)
Jika Allah ‘Azza Wa Jalla tetap menyuruh seorang anak berbakti kepada orang tuanya, walaupun kedua orang tuanya tersebut melakukan kesyirikan dan menyuruh berbuat syirik, apalagi jika dosa yang dilakukan di bawah dosa syirik. Maka kebaktian itu akan selalu ada, selama anak itu masih punya orang tua, termasuk ayah.
1. Mulailah Dari Doa Jujur
Doa istighfar permohonan ampun sang anak untuk kedua orang tua yang telah wafat saja sampai, apalagi ketika keduanya masih hidup, maka anak yang berbakti tetap memanjatkan doa terbaik untuk ayahnya.
Sahabat yang mulia Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu menuturkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:
إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ لَيَرْفَعُ الدَّرَجَةَ لِلْعَبْدِ الصَّالِحِ فِيْ الْجَنَّةِ فَيَقُوْلُ : يَا رَبِّ أَنىَّ لِيْ هَذِهِ ؟ فَيَقُوْلُ : بِاسْتِغْفَارِ وَلَدِكَ لَكَ
“Sejatinya Allah ‘Azza Wa Jalla benar-benar mengangkat derajat seorang hamba-Nya yang shalih di surga,” Maka ia pun bertanya: “Wahai Rabbku, bagaimana ini bisa terjadi?”
Allah menjawab: “Berkat istighfar anakmu bagi dirimu”.
(Hadits shahih. HR. Ahmad, no. 10232)
2. Hadiah Yang Tulus, Mendekatkan Tali Kasih
Dari sahabat Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
تَهَادَوْا تَحَابُّوا
tahaadu tahaabbu
“Salinglah memberi hadiah, maka kalian akan saling mencintai.” (HR. Bukhari dalam Al-Adab Al-Mufrod, no. 594. Hadits ini dihasankan oleh Syaikh Al-Albani dalam Al-Irwa’, no. 1601).
Dengan sering memberi hadiah kepada mereka, berlemah lembut kepada mereka ketika berbicara, mendampingi mereka dalam berbagai kesempatan, membantu pekerjaannya, melaksanakan perintahnya selama itu baik meski kita waktu itu sedang malas, singkirkan malas itu, semua sebab ini dapat menghilangkan kebencian dan permusuhan.
3. Melayani Tanpa Pamrih
Berbakti pada ayah dengan segala bentuk kebaikan yang bisa dilakukan oleh anak, baik itu pelayanan berupa pemenuhan kebutuhan makanan atau pakaian, juga perlindungan dari segala yang bisa membahayakan dunia akhiratnya.
الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يُسْلِمُهُ وَمَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِي حَاجَتِهِ وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرُبَاتِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya, dia tidak menzhaliminya dan tidak membiarkannya untuk disakiti. Siapa yang membantu kebutuhan saudaranya maka Allah akan membantu kebutuhannya. Siapa yang menghilangkan satu kesusahan seorang muslim, maka Allah menghilangkan satu kesusahan baginya dari kesusahan-kesusahan hari kiamat. Dan siapa yang menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya pada hari qiyamat” (HR. Bukhari, no. 2262)
Jika memenuhi dan melayani kebutuhan pada saudara saja memiliki ganjaran yang besar, apalagi jika pada orang tua. Karenanya ketika membahas tentang peruntukan harta, Rasul kita Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
ابْدَأْ بِنَفْسِكَ فَتَصَدَّقْ عَلَيْهَا ، فَإِنْ فَضَلَ شَيْءٌ فَلِأَهْلِكَ ، فَإِنْ فَضَلَ عَنْ أَهْلِكَ شَيْءٌ فَلِذِي قَرَابَتِكَ
“Manfaatkanlah untuk dirimu sendiri, bila ada sisanya maka untuk keluargamu, jika masih tersisa, maka untuk kerabatmu, dan jika masih tersisa, maka untuk orang-orang di sekitarmu” (HR. Muslim, no. 1663)
Sungguh, orang tua adalah orang yang paling berhak untuk dipenuhi kebutuhannya setelah diri sendiri dan keluarga, terlebih jika orang tua keadaannya tidak mampu dan anaknya mampu, dan semua itu dilakukannya dengan tulus tanpa pamrih, hanya berharap kepada Allah Yang Maha Kaya.
Wallahu Ta’ala A’lam.
Dijawab dengan ringkas oleh:
Ustadz Fadly Gugul S.Ag. حفظه الله
sumber: https://bimbinganislam.com/canggung-ini-tips-agar-dekat-dengan-ayah/